Panderman Returns
second trip means better gears,
so let's eigerize your stuff
-- gum
pengeluaran buat new gears lumayan bikin meriang
Dengan formasi yang sama dengan ekspedisi sebelumnya, kali ini persiapan kami lebih matang. Kami melakukan perjalanan lebih awal, dengan jarak yang relatif lebih pendek, dan pencapian target yang lumayan memuaskan. Lebih pendek, karena akhirnya kami bisa membawa kendaraan sampai ke desa terakhir dan menitipkannya disana sehingga perjalanan dapat dimulai tepat dari pos pertama. Lumayan memuaskan, karena akhirnya kami nggak nyasar.
Di pos pertama, setiap pendaki diwajibkan untuk membayar retribusi sebesar Rp 2000. Tahap ini sempat terlewatkan pada ekspedisi sebelumnya karena kami baru sampai di pos pertama lewat tengah malam. Retribusi ini legal, sodara2. Pak penjaga sendiri yang menunjukkan laporan keuangan dari pendapatan retribusi ini. Satu hal yang patut dicontoh oleh lembaga2 yang memiliki birokrasi di Indonesia.
Jeng Rita ngurus administrasi
Belajar dari pengalaman pendakian pertama, kami akhirnya mengikuti jalur yang seharusnya, nggak nyasar dan kemping di kebun orang lagi.
tanda ini yang dulu sempat terlewatkan
Walau harus berhenti beberapa kali untuk istirahat, tepat pukul 12 malam kami sampai di Latar Ombo, camping ground pertama di Bukit Panderman. Sesuai dengan namanya, Latar Ombo merupakan tanah lapang luas yang bisa menampung puluhan tenda. Namun sesuai kesepakatan bersama, perjalanan kami teruskan hingga ke Watu Gede 1, pos pemberhentian berikutnya yang hanya berjarak 15 menit perjalanan dari Latar Ombo.
Sesampainya di sana, kami mulai memasang tenda dan membuat perapian. Tapi karena medannya yang tidak memungkinkan, kami lumayan kerepotan mendirikan tenda disana. Pelajaran nih, Watu Gede 1 bukan camping ground untuk mereka yang bawa tenda. We spent a night there dengan api yang malas2an menyala karena dinginnya hawa saat itu.
still, poto2 is a must.
Paginya saya menyempatkan untuk naik satu tingkat ke Watu Gede 2. Tempat ini lebih luas dengan tanah rata yang lebih lapang. Sendainya malamnya mau lebih berusaha sedikit, kami bisa mendapatkan camping ground yang lebih layak. Tapi view dari Watu Gede 1 juga nggak kalah bagus kok.
beautiful, isn't it?
watu gede 2: luas, tapi katanya sih angker :(
O iya, satu pelajaran lagi kami dapatkan pada pendakian kali ini. Sebaiknya bawa makanan siap makan. Hindari membawa mie instan karena selain repot masaknya, kebutuhan air juga lebih banyak. Selain untuk merebus mie, juga untuk cuci2. Lagian air termasuk bawaan yang lumayan berat. Next time roti tawar atau ransum tentara bisa jadi pilihan yang lebih praktis, sehingga persediaan air hanya digunakan untuk bikin minuman hangat.
Jam 10 pagi kami packing dan mulai turun. Sempat mampir di Latar Ombo dan memikirkan kemungkinan untuk menetapkannya sebagai camping ground kami selanjutnya. Selain karena tempatnya luas, viewnya juga bagus.
latar ombo: panderman expedition team
Puas jadi banci foto di Latar Ombo, kami melanjutkan perjalanan turun. Kali ini kami melewati jalur yang lain. Jalur ini asing buat saya karena memang belum pernah ngerasain lewat sini. Dan yang bikin lebih desperate adalah kata2 Kang Parjo,
i have good news and bad news
good news, kita nggak kesasar kok
bad news, saya nggak yakin
-- kang parjo
baru pertama lewat sini
Tapi ternyata jalurnya memang bener kok. Kami akhirnya sampai juga di desa terakhir sekitar jam 11 siang. Ambil kendaraan di penitipan dan melunjur ke alun2 Kota Batu demi segarnya es kelapa muda. Yumm...
Dan semoga tetap akan ada kelanjutannya. Panderman Trilogy, Panderman 3, Panderman 4, The Legend Of Panderman, Panderman... I'm In Love, Mendadak Panderman ato yang lainnya (minjem istilah temen)
yeah, me....
----
Complete album
10 comments:
kesalip suparjo nih yeee...
jd inget, tag harganya tu tas dibawa mpe mana2
=))
poto yg terakhir mengingatkan pada kata2: "kemanapun mata memandang, ambar selalu merusak pemandangan"
Ini postingan dari sales Eiger? ;))
pemandangannya bagus mas.. :D
weeeehhh....anak gunung ternyata :D
@neng_biker : yah, secara saya bangga gituh... :">
@rizal : iya, dan commentmu mengingatkan pada pepatah "sirik tanda tak mampu"
@vnz : oh, ndak kok. cuma user yang recommend produk eiger. fyi, disana nggak ada tenda gambar donal, nyus :-"
@ojat : bener, mas. makanya saya betah kesana bolak-balik
@simbok venus : bukan kok, mbok. saya lahirnya di rumah sakit, bukan di gunung :D
sayah... :(
sayah mbok diajak ke sana... :(
harusnya jaket, sendal gunung, t-shirt, kaos oblong, dan kampesnya juga eiger pal. wes bener² eiger's devoted customers ;))
saya ajah yang sliping beg, sandal, kaos, carrier sampe matras eiger aja ga pamer-pamer ..
*lah barusan apa bukan pamer jeng?*
@tikabanget: yuuk.. ^^
@bazz: oh, jangankan itu. serbet saya aja eiger kok
@tutut: ya.. ya.. itu juga termasuk
Post a Comment