Wednesday, May 30, 2007

Sendirian itu...


2007-05-29, hari dimana saya benar-benar membutuhkan teman.

Pulang kantor sekitar jam 6 malam. Sewaktu masih di depan pagar kantor, saya kirim SMS ke Buddy1,

me : Somay yuuk... ^^

10 menit kemudian ketika saya masih di jalan, ponsel saya bunyi, tanda ada SMS masuk. Beberapa menit selanjutnya saat saya sudah sampai di rumah dan mulai meletakkan tas, saya buka SMS baru di inbox yang isinya,

Buddy1 : I'd love to. Tapi jam 8 ada Miss Universe ^^

Saya reply,

me : Yaaah... :(

Hm.. nggak bisa disalahkan. Ajang pemilihan Miss Universe termasuk acara yang layak tonton, tidak seperti sinetron atau infotainment. Jadi bisa dimaklumi. Tapi saya tetap harus keluar rumah malam ini. Jadi saya sms Buddy2,

me : Hoi, busy? Ndelok2 ransel leptop yuk

2 menit kemudian ada SMS masuk,

Buddy2 : Omah ra ono wong. Kabeh metu gag nggowo kunci."

OK, family stuff. Nothing that I could do about it. Me to Buddy3,

me : Ndeng, ndek endi kowe?

2 menit, 5 menit, 10 menit tanpa reply. Mungkin dia sedang kehabisan pulsa, atau ponselnya ketinggalan di suatu tempat, atau dia sedang 'disidang' sama pacarnya, atau karena alasan-alasan konyol lainnya. Ya sudah lah, skip.

Sempat terpikir untuk menghubungi Buddy4. Tapi kemarin dia bilang sedang sakit dan akan menghubungi saya setelah sehat. Karena belum juga telpon/sms, berarti memang masih sakit.

Buddy6 jelas sedang sibuk dengan skripsinya. Beberapa hari belakangan ini dia melimpahkan keluh kesahnya ke saya. Nggak tega mau interrupt.

Buddy7 mungkin nggak keberatan. Hmm, tapi nggak lah. Kami belum terlalu akrab.

Buddy8? ^^. First of all, saya nggak tau bagaimana cara mengajaknya, karena....(beep) ^^. Yang kedua, saat itu sudah lumayan malam. Kalaupun mau diajak keluar, saya nggak yakin bisa memulangkannya tepat waktu, nggak bagus untuk image saya. Lagipula dia pasti capek sekali karena seharian ngajar ^^

Fine, saya berangkat sendiri. Tujuan utama, beli ransel laptop. Bagaimanapun juga saya harus dapat malam ini. Sudah terlanjur sakaw. Karena nggak punya referensi belinya dimana, saya sms Buddy9.

me : Sam, tuku ransel leptop ndek endi selain fastncheap (tidak bermaksud promosi, red)
Buddy9 : Konter Eiger Ramayana (sekali lagi, tidak bermaksud promosi, red)

Nggak sampai 15 menit, saya sudah di TKP. Tanya sana, lihat sini, tengok sana, pilih sini,

me : Waduh, above 350. Liyane ndek kene ndek endi, sam?
Buddy9 : Fancen segitu. Iso tuku leptop kok (beli ranselnya aja nggak kuat, red). Ngisor 300 ono kok.

Hmm.. mbales dia. Gara-gara tadi saya bilang gak mampu bayar benwit, sementara bisa beli taft. Kondisi saya kan beda. Saya bisa beli karena kredit. Jadi kalau ransel-ransel Eiger itu dikreditkan, hayuu aja. Lirik sebelah kiri, ada Polo (untuk ke sekian kalinya, tidak bermaksud promosi, red). Setelah sekitar 15 menit bongkar-bongkar barang disitu tanpa sedikitpun malu diliatin yang jaga,

me : Ono polo luwih murah. Diskon pisan. Cuma barange ra pati meyakinkan. Waddaya think?
Buddy9 : Eiger is the best.

-__-

Sempat plirak-plirik lagi ke konter Eiger. Tapi harganya betul-betul bikin "il-fil". Ya sudah, saya balik ke counter Polo. Dan akhirnya berambisi membuktikan bahwa merk tidak cukup memuaskan saya, tanpa diimbangi harga yang sesuai.

Leptop nyicil ae kok ransel-e larang? ^^

Sempat muter-muter sendirian di Ramayana, sebelum akhirnya pulang 30 menit kemudian.

Sendirian tuh nggak enak ya ^^;

Friday, May 25, 2007

Deja vu (2006)

... anyone who tries to alter destiny will be destroyed.
Anyone who tries to stop it from happening will cause it to happen.

Itu adalah inti cerita dari film Deja vu (2006), film arahan sutradara Tony Scott.

Denzel Washington memerankan Doug Carlin, seorang agen ATF. Kemampuan analisanya yang tinggi dalam mengungkap sebuah kasus terorisme membuat Paul Pryzwarra (Val Kilmer), seorang agen FBI, melibatkannya dalam sebuah proyek rahasia.

Dikisahkan dalam film itu FBI memiliki teknologi yang dapat 'melipat' ruang dan waktu, yang memungkinkan mereka untuk menyaksikan secara paralel kejadian 4 hari yang lalu. Doug hanya memiliki waktu 3 hari untuk menggunakan teknologi ini dalam mengungkap pelaku terorisme yang menewaskan lebih dari 500 orang tersebut.

Sementara itu, polisi menemukan jenazah seorang wanita bernama Claire di lokasi ledakan. Dugaan sementara, Claire adalah salah satu korban tindak terorisme yang sedang mereka selidiki, mengingat luka bakar yang dideritanya. Namun hasil temuan Doug menyimpulkan bahwa Claire tewas sebelum terjadi ledakan, dan Doug menemukan benang merah kematian Claire dengan kasus yang sedang ia tangani.

Ini yang menyebabkan 'penelusuran masa lalu' yang ia lakukan bersama tim FBI dititik beratkan dengan 'mengintip' kehidupan Claire, 3 hari sebelum terjadi ledakan.

Doug dan FBI pada akhirnya memang berhasil menemukan pelaku terorisme dengan cara ini. Menggunakan teknologi teleportasi, Doug mengirimkan pesan ke masa lalu untuk mencegah terjadinya insiden tersebut. Namun usaha yang ia lakukan justru menyebabkan rekan kerjanya tewas, meski pada akhirnya sang teroris tertangkap.

Puas dengan apa yang dicari, petinggi FBI memutuskan untuk menghentikan proyek ini. Namun kasus kematian Claire yang masih belum terungkap membuat Doug nekat menggunakan mesin teleportasi, ditambah lagi adanya tanda-tanda penyelamatan yang mungkin pernah ia lakukan terhadap Claire di masa lalu.

Namun pada akhirnya memang harus ada pengorbanan besar dalam usaha mengubah masa lalu.

Comment :

Membaca ringkasan yang saya tulis diatas mungkin sebagian dari Anda membayangkan Deja vu sebagai sebuah film futuristis seperti The Matrix atau semacamnya. Tapi jangan bayangkan anda akan menemukan benda-benda aneh dalam film tersebut, kecuali teknologi FBI itu sendiri tentunya. Settingnya adalah present day dengan rentang waktu 4 hari sebelumnya. Yang banyak disuguhkan dalam film ini bukan teknologinya, melainkan drama kriminal pengungkapan sebuah kasus kejahatan terorisme.

Kepiawaian Danzel Washington di film ini masih belum luntur, seperti halnya saat dia memerankan tokoh pengacara dalam Philladelphia.

Terima kasih untuk Mas Heri yang sore kemarin datang ke saya dengan membawa film ini, dibundle dengan 2 episode terakhir serial Heroes :D.

Tapi serius, tagline 'save the cheerleader, save the world' di serial Heroes kurang lebih juga terjadi di film ini.

Tuesday, May 22, 2007

Gone in 60 Seconds II

Melanjutkan suksesnya 7 tahun silam, Jerry Bruckheimer Films dan Touchstone Pictures berencana segera meluncurkan Gone in 60 Seconds II.

Dominic Sena masih dipercaya untuk menyutradai sequel dari film yang sempat meraih sukses di tahun 2000 ini.

Berbeda dengan pendahulunya, film ini mengambil tempat di Indonesia, dengan setting tahun 50an.

Namun tampaknya para fans Nicholas Cage harus bersiap-siap kecewa, karena Cage tidak akan tampil di film ini.

Sebagai gantinya, Dominic akan menampilkan debut pendatang baru asal Indonesia.

Movie Poster

Wednesday, May 2, 2007

Hati-hati Sama Saya

Dulu waktu pertama kenal seorang teman, ada yang nasehatin. "Hati2 lho sama dia. Barang di etalase nggak sebagus aslinya".

Setelah banyak 'proses' yang kita semua lewati sama2, mungkin nanti 'penasehat' ini akan ngomong tentang saya ke orang lain begini, "Hati2 loh sama dia. Barang di etalase nggak sebagus aslinya"

:))

Trus kapan ya, saya bisa bilang begini tentang 'si penasehat' ini ke orang lain, "Hati2 lho sama dia. Barang di etalase nggak sebagus aslinya".

halah.. mbulet....mbulet... =))