Menua di Bandara
Tanggal 21 dan 23 kemarin, saya benar-benar tau rasanya 'menua di bandara'.
Dari 4 penerbangan, 3 diantaranya saya menggunakan jasa Lion Air yang semuanya rata-rata delayed 1 jam. Saya nggak keberatan kalau keterlambatan itu memang disebabkan cuaca buruk, atau adanya pengecekan ulang demi keselamatan penumpang. Tapi mbok ya jangan 'telat every flight' gitu.
Bayangkan betapa penatnya menunggu di bandara. Tapi setelah berjam-jam ditunggu, yang muncul hanya pengumuman keterlambatan dengan alasan yang nggak jelas pula.
Tanggal 21
Perjalanan Surabaya-Jakarta saya tempuh menggunakan jasa maskapai Garuda Indonesia. Memang, ada harga ada rupa. On time, kabin bersih, seat nyaman, flight attendants ramah, peragaan penggunaan alat2 keselamatan melalui layar video yang ada diatas seat masing2 dengan kalimat yang jelas, smooth take-off and landing.
Andai jari tangan saya jempol semua, Garuda bakal dapet 'ten thumbs up' dari saya. Kalo perlu twelve, sekalian jempol kaki.
Pesawat take-off dari Juanda jam 7 pagi dan landing di Cengakareng jam 8 pagi, sesuai jadwal.
Karena flight ke Palembang baru jam 1 siang nanti, saya dan temen saya yang sudah nuggu di bandara ngobrol-ngobrol dulu sekalian makan di sana. Ya, saya 5 jam nunggu flight berikutnya. Proses penuaan dini di bandara sudah dimulai.
Jam 12 kami sudah di ruang tunggu penerbangan. Tapi penantian kami di ruang tunggu selama satu jam itu (sambil ketiduran, karena memang kurang tidur) ternyata hanya untuk mendapat pengumuman penundaan penerbangan dari pihak Lion Air. (I want my 1-hour life back!)
Jam 2 siang kami boarding dan baru sampai di Palembang jam 3 seperempat sore, terlambat sekitar satu jam lebih dari yang dijadwalkan. Mungkin keterlambatan boarding tadi disebabkan juga oleh buruknya cuaca di Palembang saat itu.
Komentar temen saya waktu landing di Palembang, "You call that a landing? Much like an emergency landing for me."
Tanggal 23
Sesuai jadwal di tiket yang saya pegang, flight dari Palembang ke Jakarta seharusnya jam 2 siang. Karena itu jam setengah satu kami sudah berangkat ke bandara dan siap di ruang tunggu jam 1 siang.
Tapi lagi-lagi pengumuman keterlambatan penerbangan dari pihak Lion Air membuat hidup saya terbuang sia-sia di bandara. Well, paling nggak bandara ini punya smoking area dengan view yang bagus.
Jam 4 sore pesawat baru landing di Cengkareng. Terlambat lagi sekitar satu jam dari yang dijadwalkan. (hey cute lion, you owe me about 3-hours of my life now)
Penerbangan ke Surabaya masih jam 19.30. Mau gimana lagi selain nunggu? Jam 6 temen saya pamit pulang dan saya mulai check-in untuk ikut flight selajutnya.
Ruang tunggu sudah padat. Perasaan saya nggak enak, sepertinya mereka adalah penumpang harusnya sudah berangkat dari tadi. Dan benar saja, mereka baru boarding jam setengah delapan, sementara flight saya kena delay lagi. Jam 10 malem, pesawat baru landing di Juanda.
Saking capeknya, rasanya udah nggak kuat lagi untuk menggerutu.
Saya jadi ingat pertanyaan temen saya di Bandara tadi sore, "Menurutmu, maskapai penerbangan itu seharusnya mementingkan safety atau comfort?"
Saya jawab, "Dua-duanya dong. Percuma kan kalo nyaman tapi nggak aman? Tapi aman juga harus tetap membuat nyaman. Bagaimana penumpang bisa merasa aman kalau penerbangannya nggak nyaman?"
Nyaman yang saya maksud juga termasuk 'no delay'.
Yah, mungkin 'Delay is Our Feature' sudah jadi motto mereka yang baru.
Dan saya menua di bandara.